Saking merasakan efek
Zenius ke kehidupan, proposal skripsi pun tentang Zenius, yang masih sering muncul di ingatan. Entap pas lagi bikin tugas, bahas pendidikan, atau kejadian sehari-hari. Kenapa sih Zenius begitu keren?
Suatu hari,
twitter sebuah informasi PTN mengenalkan pada Zenius, sampai-sampai gue tertarik sama blog Zen. Baca-baca sedikit, lalu satu Xpedia terbeli (sayangnya jarang dipakai). UN lulus, sayangnya ujian-ujian masuk PTN engga.
Undangan: FKUI, FK UNPAD
SBMPTN: FKUI, Psiko Unpad, Geografi UI
SIMAK: (lupa) pilihan ke-3 Geografi UI
Hmm wajar sih, soal UN Kimia aja mampu membuat air mata keluar pas sampe rumah, UN Fisika aja baru tau cara ngerjainnya pas kelas 12, gimana soal SBMPTN?! Akhirnya, gue
nge-gap year deh di Zenius-X.
Terinspirasi akan Kerennya Ilmu Pengetahuan
Tahun sebelumnya, alasan milih jurusan...
- FK: gak tahu, belum yakin mau jadi apa dan didukung orang tua, terus keterusan aja pengenan itu (karena berguna juga).
- Psikologi: suka sesuatu yang pseudosaintifik kayak golongan darah dan kepribadian, otak kiri otak kanan, dll. Sama suka yang berbau tipe kepribadian.
- Geografi: tertarik belajar alam.
Tertarik jurusan lain? Ah, jarang ada yang menarik dan keren! Jadi, enggak begitu mencari tahu.
Tapii setelah pakai Zenius, pikiran gue
mulai bisa melihat indahnya ilmu pengetahuan karena terinspirasi dari
great learning experience-nya. Jadi lebih sering mencari informasi berbagai jurusan (karena libur setahun juga kali ya) dan pas baca... WOOOW TERNYATA JURUSAN INI KEREN, ITU JUGA KEREN.
SEMUA PUNYA KERENNYA SENDIRI dan berhubungan satu sama lain. Misalnya, ilmu matematika yang diterapin di biologi untuk memahami sel kanker di
TED Talk ini. Atau Psikologi yang berhubungan sama berbagai ilmu yang di situ ada manusianya.
Gue jadi
terbuka sama berbagai bidang ilmu bahkan yang tadinya ga nyangka bakal tertarik! Tahu ini bukan
"bidang gue" karena emang belum terlatih di situ, tapi berani aja milih jurusan kayak Informatika, Matematika, dan Bisnis (2015). Toh kalau memang ke situ bakal belajar dari awal. Sempat pula gue pengen Kedokteran (tapi bukan gara-gara
ga tau mau jadi apa lagi) walau gak jadi memasukkan itu ke daftar pilihan SBMPTN. Dan ga nyangka pernah terpikir Teknik Mesin, dan beberapa jurusan lainnya.
Ternyata Juga...
Gue ngikutin saran Zen untuk
belajar dari dasar. Karena dulu banyak waktu, enak alurnya jadinya. Efeknya,
ga pernah nyangka gue suka Fisika walau belum jago (karena kurang latihan juga). Ga nyangka, Fisika, Matematika, Kimia, Biologi, TPA, Ekonomi (pernah belajar), Sosio (pernah nyicip), yaa singkatnya
ilmu pengetahuan itu jauh lebih indah daripada yang pernah gue pelajari di sekolah/bimbel.
Belajar materi-materi itu tuh... untuk mulai belajar gue masih berusaha melawan distraksi sih, tapi pas belajarnya menemukan begitu banyak hal baru yang keren. Melihat ilmu pengetahuan yang sebenarnya dari
simple yet powerful videos, yang bisa ngefek sampe
seumur hidup. Menjadi
fondasi perkembangan intelektual seumur hidup. Dan efek Zenius nih bisa ke mana-mana,
ga berhenti di zeniusers doang.
It's education, man.
Di samping udah dapet hal-hal hebat itu dari Zenius, gue sendiri merasa masih banyak
unanswered questions about everything.
At least, I'm aware that I don't know.
Baru Lolos Setelah Nge-Gap Year
Perkiraan (dari kunci jawaban yang beredar) nilai gue setelah nge-
gap year naik drastis! Tahun pertama kalau gak salah 23-an, terus tahun kedua 42/44 (lupa). Alhamdulillah, Informatika PNJ (pilihan 1), Psikologi Unpad (pilihan 1), dan Geologi UI (pilihan 2 SIMAK UI setelah Matematika) udah mau menerima.
|
klik kalau mau lihat gambar pengumumannya |
The Beauty of Zenius
Learning with Zenius liberating my mind. Zenius affect my way of thinking to be more advanced than before. Because the main mission of Zenius Education is "providing a great learning experience by emphasizing science and reason". "Zenius believe this can help individuals become more mature and responsible (personally, socially, and professionally). And they will have intrinsic motivation to learn because of curiosity".
Merinding, terharu baca misi Zenius. Sebuah WHY yang dalam. Zenius pengen menyelesaikan berbagai permasalahan dari salah satu akarnya dengan cara yang cerdas, dan sampe jangka panjang. Its effects can be endless!
Zenius Effects
Efek Zenius mulai terasa saat nge-
gap year, dari pola pikir yang diubek-ubek pas belajar
TPA. Baru menyadari, logika gue banyak banget kekurangannya.
Zenius Learning yang gue pelajari paling awal pun memberi banyak tips supaya mental kita siap untuk SBMPTN.
Gue mulai baca artikel sains berbahasa inggris (waktu itu BBC) karena
saran dari Donna,
she's an awesome tutor, yang pas ngajar di kelas santai banget, tapi mantap. Ya, di Zenius-X banyak tutor keren.
Pras,
super brilliant biology teacher yang kelasnya selalu penuh, paling hobi menyuplai film/dokumenter buat ditonton bareng. Sabda (
I'm a huge fan, tokoh terfavorit #1!) yang bukan tutor
offline tetap waktu itu, tapi doi sempet ngajar
coding. Dan masih banyak lagi, yang menambah inspirasi akan kerennya pengetahuan.
Sebenernya gue udah cukup suka pengetahuan karena sejak kecil difasilitasi langganan majalah dan dikasih ensiklopedi tipis berjilid buat anak kecil yang banyak gambarnya itu. Sayangnya
untuk pelajaran sekolah gue merasa kurang menikmati indahnya pengetahuan. Oke bolehlah pelajaran Bahasa, Biologi (pas kelas 11), "cara mengerjakan" Kimia, dan Matematika. Tapi
BIG NO untuk Fisika, Sejarah, PKn.
Les di luar (kelas 12) pun rasanya sebatas untuk ngulang pelajaran dan nambah waktu belajar. Nyoba baca buku pelajaran, untuk pelajaran yang membingungkan tetep bingung. Nanya temen gak ngerti, jarang juga sih. Les privat, oke kadang bantu, tapi mahal dan engga 24/7. Dan yang harusnya paling bertanggung jawab, diri sendiri, ngga punya keterampilan belajar mandiri yang bagus. Jadinya, sebagian aktivitas
belajar cuma untuk memenuhi kewajiban dan pengen nilai bagus.
Mungkin dalam hati sebenernya pengen paham, tapi banyak yang susah deh dipahaminya. Ulangan, apa-apa dihafalin, terutama pelajaran yang membingungkan. Jadi belajar kayak
beban, yah. Apalagi ngafal PKn sama sejarah, banyak dan detail! Ngapalin rumus terasa lebih aneh karena ga tau apa yang diapalin.
Nah, tapi, kalau pakai Zenius kita
autountung. Ada para tutor
high quality yang bukan cuma ngejelasin
sejelas-jelasnya, tapi juga bisa bikin kita
jatuh cinta sama hal-hal yang tadinya biasa aja atau bahkan dibenci! Banyak
oh moments. Kita jadi bisa tahu ada apa dibalik keribetan yang dulu tidak dihapami. Misal, pas liat dasar-dasar dibalik rumus-rumus jelimet trigonometri.
|
@Emjuhri: Apalah dayaku yg hanya bisa mengingat sabda Bang sabda : “Jangan biasain ngafal doang” (gambar dan tweet diambil dari kumpulan meme di blog Zenius ini) |
Sekejap Tentang Minat
Berdasarkan teori minat dari
Paul Silvia, minat berasal dari gimana kita menilai
novelty dan
comprehensibility sesuatu
. Novelty berarti sesuatu yang
baru, tidak biasa, belum diketahui.
Comprehensibility berarti
dapat dimengerti. Karena Zenius ngejelasin
dari dasarnya dan jelas banget (dan bahan-bahannya bisa dipelajari secara
sistematis dari konsep dasar ke yang lebih lanjut, banyak
panduannya pula), kita jadi berpandangan kalau ilmu-ilmu itu
comprehensible. Yang dulu bingung, ternyata bisa dimengerti.
Zenius juga
konsep banget, sedangkan dulu gue kurang mengerti banyak banget konsep yang ada di pelajaran-pelajaran, jadi konsep-konsep yang diajarin Zen gue pandang sebagai sesuatu yang
baru dan
tidak biasa (baru mengerti kerennya).
Menurut Kashdan (2004) dan Sansone & Thoman (2005) dari
tulisan Paul Silvia, sebagai sumber motivasi intrinsik,
minat itu penting buat numbuhin pengetahuan dan expertise (keahlian). Misalnya kita masih nol tentang bola. Eh gue nggak minat, tapi lo minat. Terus... siapa yang kira-kira bakal lebih tahu tentang bola?
Perlu tahu juga cara belajar yang
bener, bukan asal minat doang.
Dan hubungan minat sama pengetahuan ini dua arah. Misal, setelah mengetahui banyak tentang suatu topik yang tadinya engga ngerti, eeh ternyata pengetahuan itu membuat kita terkesima karena baru tahu bahwa konsep itu sangat
wow. Bisa aja itu bikin minat kita bertambah.
Growth Mindset
"Most people can learn most topics”.
Great learning experience dari Zenius membuat gue yang tadinya kurang/enggak ngerti banyak hal, setelah diajarin dengan bener, bisa ngerti juga. Berarti engga perlu jenius dulu untuk ngerti sesuatu. Untuk ngerti dengan lebih cepet (dan berbagai keuntungan lain), oke itu guna. Tapi dengan kecerdasan kebanyakan orang aja, menurut gue
kita bisa lho belajar apa aja termasuk topik-topik yang dianggap susah kayak Fisika, Kimia, dan sebagainya
sampai ngerti banget. Hanya saja, kita juga butuh CARA YANG TEPAT.
Ngertiin konsep dari dasarnya, baru habis itu ke konsep yang lebih lanjut.
Belum ngerti konsep aljabar mana bisa
lancar jaya ngerjain integral. (Ada juga nih
deliberate practice untuk meningkatkan
performance yang bisa diterapkan dalam belajar.)
More Zenius Effects
Memasuki semester 7, cara belajar
ngonsep berlanjut sampe sekarang. Suatu kemajuan buat gue yang dulu sering pake sistem hafalan. Ya
it’s okay kalau ada sedikit yang dihafal untuk efisiensi, setelah memahami konsepnya. Pas
gap year pake Zenius gue ga ngafal. Dan berlanjut sampe sekarang. Yey, jadi
free dari beban yang dibuat sendiri berupa hafalan yang ga perlu. Meski ada juga yang harus ngafal kayak matkul "Metodik Tes", harus hafal instruksi luar kepala biar gak nginget-nginget lagi pas ngasih instruksi psikotes.
Oh ya, gue juga nganggep setiap dapet materi (terutama kalau enak cara penyampaiannya) di Psikologi itu bukan
beban karena suka.
Semester 6 pas milih matkul pilihan, wah menarik semua dan bingung.
Kriminologi, Psikologi Forensik,
Evaluasi Program, Psikologi Kewirausahaan, atau Psikologi Kerekayasaan (Ergonomika)... (Yang digarisin dipilih semester itu.)
Seperti yang udah disebutkan, gue juga jadi punya
pandangan yang beda daripada sebelumnya terhadap ilmu. Sains dan teknologi secara umum, filsafat, sejarah,
religious studies, dll. Dan ga ngebatesin, kalau ada suatu ilmu yang bukan ketertarikan utama, ga akan tutup kuping gitu mentang-mentang minat gue a b c.
Lagipula sebenarnya belajar itu kan bisa di mana aja dan bisa berangkat dari pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di pikiran, kalau dikulikin bisa dapet jawabannya, atau bahkan berlanjut ke penemuan/
inovasi baru. Stephen Hawking mendalami ilmu fisika dan luar angkasa karena katanya
'My goal is simple. It is a complete understanding of the universe, why it is as it is and why it exists at all.' (source)
More...
Punya akses internet, tapi dulu gue jarang mau belajar sendiri dari situ, maksudnya belajar mengenai hal-hal yang terkait dengan pengetahuan. Paling dulu gue kalau belajar dikit aja kayak belajar tutorial
blogging, ngedit kode, dan ngedesain dikit. Setelah tercerahkan, selain akses yang sesuai hobi dan keperluan (musik, medsos,
googling, dll), gue juga jadi kenal sama lebih banyak
materi edukatif (kayak materi dari
TED Talks,
edutainment Youtube channels, artikel blog kayak
blog Zenius,
Psychology Today, dan
Wait But Why)
dibanding sebelumnya
.
Jujur, kadang gue juga jarang akses itu sampe isi feeds Youtube ga ada edukasinya, atau liat Line doang, tapi gue udah tau ada lho konten-konten keren kayak gitu yang bisa dinikmati juga.
More...
Di kehidupan
nonakademik fakultas, sekarang gue jadi salah satu staf di Departemen Keilmuan (DKM) dan gue juga pernah ikut KTI (sekarang belum lanjut, tapi masih di organisasi terkait jadi Sekretaris). Dulu gue ga pernah kepikiran tuh bakal ikut kegiatan yang
bau-baunya belajar di luar kelas. (
Update: sekarang gue juga sedang ingin mempelajari sesuatu dengan cara jadi Kakak Pendamping di salah satu rangkaian pembinaan mahasiswa baru.) Sekarang gue punya alasan sendiri kenapa gue ikut itu dan ga takut belajar di situ.
|
update foto |
Liburan pun diisi juga dengan beberapa lomba yang bau-bau belajar (walau engga menang, tapi banyak yang bisa dipelajari & seru). Oh iya, kalau ada kegiatan semacam seminar/sejenis yang menarik juga gue ga segan ikut selama waktunya ga bentrok. Emang pengen ilmunya bukan ngincer sertif doang. ("
Bau-bau belajar" di sini tanda kutip lho ya, soalnya belajar sebenernya luas dan bisa di mana aja. Poinnya, Zen jadi bikin gue lebih tertarik sama serunya belajar.)
More...
Untuk buku, sayangnya gue masih jarang baca buku nonfiksi. Apalagi dulu, kalau ke Gramedia pasti ngincer cerita atau komik Doraemon sampai tamat. Sekarang gue udah mulai tahu
kenapa kita harus baca buku, dan buku-buku apa yang
recommended. Banyak nonfiksi ternyata.
Sebenernya masih ada beberapa lagi, tapi memang baru sedikit dan banyak yang masih koleksi aja. Gitu sih kekurangan gue dalam mensyukuri nikmat Zenius ini, sebagian yang sebenernya bisa ditingkatin ke "perilaku" (misalnya baca buku sampe habis) masih berada di ranah "sikap" (misalnya berpikir kalau buku nonfiksi yang berkualitas itu guna banget dan menarik).
BTW bukan berarti fiksi itu inferior atau ga guna yah. Orang itu aja ada di salah satu
recommendation list-nya Zenius dan
Sabda hehe. Gue jadi lebih tau bagusnya buku nonfiksi aja. Pas
submit tulisan untuk
lomba ini, gue bingung mau milih buku yang mana karena menarik semuanya :( Hehe, soalnya menang-ga menang kudu ngisi itu.
Basic Skills, Fundamentals
Kembali ke yang dasar.
Basic skills dari Zenius ngefek ke mana-mana! Terus,
fundamentals di Zen udah bagus tapi gue masih pengen belajar
fundamentals lagi dan berbagai bidang lain. Sebelum pake Zenius mana ada kepikiran begitu. Bukan berarti kurang bagus yang dari Zenius, cuman serunya belajar hal-hal itu bikin pengen belajar lebih lagi. Hehe contohnya di
Khan Academy gue udah mulai belajar Filsafat kemarin, cuman ya gitu, harus lebih berusaha melawan distraksi hehe.
Fundamentals dan ajaran-ajaran Zen juga gue rasa ngaruh ke sini... Masa depan mau ngapain, rasanya cita-cita jadi lebih meaningful dan gue udah engga seperti dulu yang pandangannya "yang penting kerja" semata. Dari beberapa ide (masih ide, lho) yang udah ditulis, ternyata melibatkan banyak aspek belajar ini-itu.
How Zenius Change It?
Sesuai misi,
great learning experience.
That experience leads to a new mindset that learning can be so great, knowledge is beautiful, and you can learn most subjects as long as you wanna learn. Ngajarin pake
konsep, dari
dasarnya, penjelasannya
sederhana, pake
teknologi yang memudahkan
pula.
Dan..
Because ZEN TEACH US FUNDAMENTALS, the way we think can be more logical (and I hope more rational and critical). This and great learning experience hopefully can lead to curiosity then hopefully sustainable learning.
Ga cuma ingin tahu, tapi cara berpikirnya
bener sehingga ga mudah kejebak sama pseudosains atau info ga bener. Itu sepertinya salah satu pengenannya Zen.
Zen juga unggul di
high quality tutors. Ngajarin
nurunin rumus (yang ternyata
mind-blowing) bukan menghafalnya, ngajarin cara berpikir dan ngajarin konsep materi dengan enak. Membantu menyesuaikan dengan kemampuan dan kecepatan dalam memahami, di Zen
sebebas itu ngulang-ngulang videonya! Dan bisa
belajar apa aja, dengan sebanyak itu materi! (
Zenius solve problems effectively and efficiently, yah!)
Marketing Zen itu dengan mengedukasi pasar (
source). Zen juga mencerahkan melalui media blog atau medsos. Konten Zen tuh beda, komprehensif dan enak dibaca, sesuai dengan kriteria lomba ini hehe. Dengan baca
blog Zen jadi lebih tahu banyak, banyak topik-topik penting dan menarik yang dibahas di situ.
Tutor Zen juga
role models yang baik dalam hal belajar berkelanjutan, tetep mau & bisa belajar bidang lain. Misalnya Faisal lulusan Psikologi UI, doi juga bisa ngajar Sejarah. Sabda yang pernah belajar formal di Informatika ITB juga belajar (sampe bisa ngajar) sebanyak itu bidang (
basic skills, Matematika, Fisika, Ekonomi, Bahasa Inggris), denger-denger doi ambil kuliah
online. Ada juga yang konsisten ngajar sesuai kuliahnya, tapi luas banget pengetahuannya seperti Pras. Dan
masih banyak lagi yang keren.
Cara Gue Mendapatkan Manfaat dari Zenius Itu?
|
Zenius top markotop, pakai dengan top markotop juga! (sumber gambar) |
Belajar Zenius dengan cukup
sungguh-sungguh. Ada
plan belajar, dari baca
blog Zen dan minta tips dari Sabda di grup.
Gue belajar teori dan soal di Zenius (digital) secara sistematis berurutan dari
Zenius Learning, TPA, Mat, Fis, Kim, dan terakhir Bio (Bio ini baru belajar dikit karena udah mepet). Belajarnya pun urut secara bab atau materinya, jadi nyambung dari konsep dasar ke konsep setelah-setelahnya. Bikin lebih mudah nyambung dan ngerti. (Kalau pelajaran kayak Bahasa gue lebih ngandelin belajar di Zen-X dan rutin baca di internet terutama menjelang SBMPTN.)
Sungguh-sungguh juga dalam
memahami setiap materinya. (Dari Zen ada tips tambahan
ini juga, teknik Feynman.) Gue sendiri hampir selalu menerapkan pegangan bahwa
tiap penjelasan di tiap videonya harus paham sampe bener-bener paham banget. Kalau ada yang bingung sedikit aja, gue coba pahami ulang, pikirin lagi. Gue itu masih belum
cepet dalam memahami sesuatu gitu (sekarang juga). Udah jelas dan se-ngonsep itu dibikin sama Zen, harus sungguh-sungguh diperhatikan & dicerna, dong.
Selain itu, di Zenius-X juga ada
try out berkala apalagi pas menjelang SBMPTN, dan itu penting banget (coba baca
ini). Kenaikan perkiraan nilai gue (dibanding tahun sebelumnya) juga dipengaruhi oleh rajin ikut TO.
Sementara itu, kekurangan gue pribadi: jadwal molor-molor (nah, penyebab utamanya kebiasaan menunda). Terus udah tau mudah nyerah, tapi jarang latihan mandiri dan jarang diskusiin soal bareng temen di luar kelas. Padahal itu juga penting supaya mendeteksi kalau ada konsep yang belum ngerti sepenuhnya, atau bahkan belum dipelajari. Terus tinggal mampir ke materi Zenius terkait deh, atau sumber lain.
Ya seperti yang tadi dibilang, gue juga mudah nyerah, ngerjain soal berusahanya ga sampe sekuat tenaga (tapi tetep di-
skip dulu video pembahasannya, coba ngerjain). Jarang yang sampe ngulik banget untuk dapet jawabannya sendiri. Padahal mungkin bagusan dikulik bener-bener dulu, sambil
review penjelasan atau cari penjelasan lain, apalagi kalau yang punya banyak waktu. Baru habis itu lihat pembahasan.
Temen yang sering ranking 1 try out Zenius-X, pokoknya master deh, ternyata doi itu banyak banget ngerjain berbagai latihan soal, dari bimbel ini-itu. Di samping dia belajar konsep materi pastinya, wajib ini mah. Dan setelah gue tanya, ternyata dia juga belajar materinya jauh lebih banyak daripada gue di zenius.net. Nah ini, mungkin gue belajar konsepnya masih kurang eksplorasi juga (padahal di Zen udah ada penjelasannya dari SD bahkan, hehe).
Kekurangan lainnya mungkin ini, gue jarang nge-
review secara keseluruhan gitu palingan ikut
try out aja. Dan masih ada beberapa kekurangan pribadi lainnya.
Semoga bisa diambil pelajarannya yah dari kekurangan pribadi ini. Tapi dengan berbagai kekurangan itu aja gue masih bisa dapet banyak manfaat dari Zenius, apalagi kalau gue belajar dengan lebih mantep yah.
Oh iya,
buat yang masih sekolah, kudu lebih atur strategi, karena selain belajar SBMPTN, kerjaan "wajib" lo lebih banyak, kan. Jadi
sesuaikan dengan keadaan masing-masing, ya. Kalau ini nih, gue libur setahun, fokus utamanya ke situ doang.
Zenius is Different!
Saat pertama nyoba video Zenius, kesannya biasa aja karena langsung liat pembahasan soal gitu dan ga ngerti (untung artikel blognya meyakinkan). Tapi pas coba belajar sungguh-sungguh, wah ngefeknya bukan cuma
lulus ujian. Lo bakal dapet pengetahuan
cara berpikir yang bener dan punya
motivasi dari dalam diri untuk #belajarberkelanjutan. Wow, sadis dan beda!
Merasa banyak
ga ngerti, tapi merasa banyak sesuatu
bisa dipelajari, dan
pengalaman belajar yang hebat bisa bikin gue mau belajar. Terima kasih banyak
Zenius,
mind-transforming knowledge-nya. Salah satu
pengalaman paling berharga dan indah dalam hidupnya.
Respect sama semua
#zeniusteam yang udah bikin Zenius seperti sekarang dan semoga akan terus maju!
Gue sendiri sadar, masih banyak yang harus diperjuangkan untuk benar-benar mewujudkan #belajarberkelanjutan ini, yang di atas itu masih bisa dikembangin terus!